Rabu, 23 November 2011

Metode Pembelajaran


STAD (Student Teams-Achievement Divisions)

Satu lagi model pembelajaran kooperatif yang ingin saya sharingkan disini, yaitu STAD, singkatan dari Student Teams-Achievement Division. Di dalam STAD siswa diorganisasikan dalam bentuk kelompok kecil. Secara singkat tahapan dalam melaksanakan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:
1) Penyajian kelas,
2) Belajar kelompok, 3) Tes atau kuis,
4) Skor peningkatan individu, dan
5) Penghargaan kelompok.
STAD dianggap sebagai model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Nurhadi, 2004), akan tetapi kesederhanaan ini tidak lantas menjadikan STAD sebagai model yang kurang bagus, sampai saat ini STAD masih kerap diterapkan di kelas-kelas, tidak hanya itu,bhakan kalau kita melihat di perpustakaan pada universitas pendidikan (contohnya di Universitas Negeri Malang/UM) maka akan banyak sekali ditemukan Skripsi ataupun tesis bahkan desertasi yang membahas tentang STAD tentu saja dengan berbagai pengembangan dan variasi penerapannya.
Dalam STAD, secara rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Penyajian kelas (Class Presentations). Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Pembentukan kelompok belajar (Teams). Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen (baik kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya). Caranya dengan merangkingkan siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai terakhir yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran kooperatif model STAD. Adapun fungsi dari pengelompokan ini adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam memperlajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Pemberian Tes atau kuis (Quizzes). Setelah belajar kelompok selesai diadakan tes atau kuis dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk bekerjasama dengan temannya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa agar berusaha dan bertanggungjawab secara individual. Siswa dituntut untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain bertanggungjawab secara individual, siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberi sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai dua kali penyajian kelas dan pembelajaran dalam kelompok.
Pemberian skor peningkatan individu (Individual Improvement Scores). Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Pengelola skor hasil kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut: skor awal, skor tes, skor peningkatan dan skor kelompok.
Penghargaan kelompok (Team Recognition) Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberikan hadiah sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. (Slavin,1995 dalam Prilatama, 2008)
Di dalam STAD terdapat poin yg penting menurut saya yaitu bahwa model ini mengukur skor ‘peningkatan individu’, jadi tidak hanya sekedar menilai siswa dari seberapa banyak soal yang diselesaikannya pada saat itu saja saja, melainkan mengukur seberapa peningkatan yang terjadi dalam diri seorang siswa, dengan begini, siswa akan terpacu untuk belajar dengan giat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengalahkan pencapaiannya sendiri pada pelajaran sebelumnya. Tidak hanya itu, karena dalam STAD peningkatan siswa anggota kelompok juga berpengaruh terhadap kesuksesan kelompok, maka dalam kelompok akan terjadi hubungan sosial yang bagus yang bertujuan untuk saling membantu untuk meningkatkan kualitas masing-masing anggotanya (itulah mengapa dalam STAD kelompok harus heterogen).


SEMOGA JADI GURU YANG PROFESIONAL

Tidak ada komentar: