STAD (Student
Teams-Achievement Divisions)
Satu lagi model
pembelajaran kooperatif yang ingin saya sharingkan disini, yaitu STAD,
singkatan dari Student Teams-Achievement Division. Di dalam STAD siswa
diorganisasikan dalam bentuk kelompok kecil. Secara singkat tahapan dalam
melaksanakan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:
1) Penyajian kelas,
2) Belajar kelompok, 3)
Tes atau kuis,
4) Skor peningkatan
individu, dan
5) Penghargaan kelompok.
STAD dianggap sebagai
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Nurhadi, 2004), akan
tetapi kesederhanaan ini tidak lantas menjadikan STAD sebagai model yang kurang
bagus, sampai saat ini STAD masih kerap diterapkan di kelas-kelas, tidak hanya
itu,bhakan kalau kita melihat di perpustakaan pada universitas pendidikan
(contohnya di Universitas Negeri Malang/UM) maka akan banyak sekali ditemukan
Skripsi ataupun tesis bahkan desertasi yang membahas tentang STAD tentu saja
dengan berbagai pengembangan dan variasi penerapannya.
Dalam STAD, secara rinci
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Penyajian kelas (Class
Presentations). Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasikal yang
difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya
siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
Pembentukan kelompok
belajar (Teams). Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen (baik
kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya). Caranya dengan merangkingkan
siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai terakhir yang diperoleh siswa sebelum
pembelajaran kooperatif model STAD. Adapun fungsi dari pengelompokan ini adalah
untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam memperlajari materi dan
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Pemberian Tes atau kuis
(Quizzes). Setelah belajar kelompok selesai diadakan tes atau kuis dengan
tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampan belajar siswa terhadap materi
yang telah dipelajari. Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk
bekerjasama dengan temannya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa agar
berusaha dan bertanggungjawab secara individual. Siswa dituntut untuk melakukan
yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain bertanggungjawab secara
individual, siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka
nantinya akan memberi sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
Tes ini dilakukan setelah satu sampai dua kali penyajian kelas dan pembelajaran
dalam kelompok.
Pemberian skor
peningkatan individu (Individual Improvement Scores). Hal ini dilakukan untuk
memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja
keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya.
Pengelola skor hasil kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut: skor
awal, skor tes, skor peningkatan dan skor kelompok.
Penghargaan kelompok
(Team Recognition) Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberikan hadiah
sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.
(Slavin,1995 dalam Prilatama, 2008)
Di dalam STAD terdapat
poin yg penting menurut saya yaitu bahwa model ini mengukur skor ‘peningkatan
individu’, jadi tidak hanya sekedar menilai siswa dari seberapa banyak soal
yang diselesaikannya pada saat itu saja saja, melainkan mengukur seberapa
peningkatan yang terjadi dalam diri seorang siswa, dengan begini, siswa akan
terpacu untuk belajar dengan giat dan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengalahkan pencapaiannya sendiri pada pelajaran sebelumnya. Tidak hanya itu,
karena dalam STAD peningkatan siswa anggota kelompok juga berpengaruh terhadap
kesuksesan kelompok, maka dalam kelompok akan terjadi hubungan sosial yang
bagus yang bertujuan untuk saling membantu untuk meningkatkan kualitas
masing-masing anggotanya (itulah mengapa dalam STAD kelompok harus heterogen).
SEMOGA JADI GURU YANG PROFESIONAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar